This morning I woke up and realized that I haven't been writing anymore since last year. Not because I lack of ideas what to write, tapi lebih karena disibukkan dengan persiapan pernikahan (EHEM! iya mbak, mas, saya mau nikah mohon doanya) dan tugas kuliah semester dua yang kreeejiiii. Semester dua yang membuatku selalu menangis, menggalau, menguras tenaga dan uang. Tapi Alhamdulillah ditengah krisis ekonomi yang kuhadapi ada Papi Foundation yang selalu mengisi rekening ku. Terima kasih Papi Foundation, Papi memang selaluuu yang terbaik! Kiss papiiii :*
Anyway, the topic is not about my wedding preparation nor my college assignment (ya iya judulnya aja udah beda dari introduction lol). But it's about Sadaqah.
I remembered my conversation with one of my friends couple years ago. We were in the car, she drove me home. And suddenly she asked me this, "Ms. Alvi kok bisa sih gaji segitu bisa beli ini itu, make up dan skin care nya mahal, bayarin adek kuliah dan bills ini itu. Emang cukup gajinya?"
Well, sebenernya nominal gaji itu hal yang sangat sensitif untuk dibahas. I don't even know exactly my bestfriend's paycheck meskipun kita udah deket banget kayak kakak adek. But this friend who asked me this amazing question, was my fellow teacher. Ya kita sama-sama tahu lah berapa kisaran gaji guru di lembaga kursus tersebut haha. Miris.
Dan beberapa waktu lalu, pertanyaan ini pun terulang kembali sodara sodari sebangsa setanah airku Indonesia Raya. Kembali ke masa semester dua yang amit-amit like krejiii. Saya keceplosan dengan mengatakan bahwa, pada hakekatnya seluruh biaya pengeluaran untuk project satu mata kuliah "ehem" adalah sama dengan gaji saya sebulan! (Tapi daku ngomongnya gak seformal dan seretorik ini aslinya wk).
Langsung kedua teman saya pun tersentak kaget "SERIUS VI?" dan lagi-lagi "Emang CUKUP gajinya buat jajan, shopping, dll?"
EMANG CUKUP adalah dua kata yang diulang di dua pertanyaan tadi. Memang, semenjak saya kuliah s2, saya dibantu secara finansial oleh Papi Foundation. Kelas yang saya ajar berkurang karena Ayahku sayang menginginkanku untuk fokus menyelesaikan kuliah tepat waktu dikarenakan biaya kuliah yang mahal lol.
Kelas berkurang, pendapatan pun berkurang karena I am just an awesome part time teacher who teaches future generation with all of my heart and mind. Tsaaaah! catet!
Tapi, sebelum lanjut kuliah s2, saya sama sekali tidak pernah mendapat kiriman uang sukarela dari Papi Foundation. No. I pay bills and buy everything all by myself. Tapi kok cukup? beli ini itu, bayar ini itu, hang out kesana kesini, tapi kok cukup gajinya? Yes, because I do sadaqah.
Saya juga sebenernya bingung. Kok bisa ya. Gaji segitu, pengeluaran segitu, tapi cukup aja tuh. Karena sesungguhnya sedekah itu menjaga harta. Biar gak bangkrut mas, mba. Sedekah juga gak harus besar. Biarpun sedikit asalkan rutin dan konsisten. Karena Allah menyukai kebaikan yang kecil tapi dilakukan terus menerus. Melebihkan ongkos ke tukang ojek pun sedekah.
No, I am not a saint! Aku hanyalah manusia yang punya dosa dan belajar dari pegalaman. Karena pada suatu hari saya sibuk dengan urusan skripsi dan pada waktu itu saya sudah mengajar di lembaga kursus yang sekarang saya masih disitu hehe. It's been 5 years I work there. Awalnya saya suka sedekah dan suka nitip ke ayah uang sekian untuk disedekahkan ke Masjid dekat rumah. Dan entah setan masuk dari mana, tiba-tiba saya berhenti bersedekah.
Gaji ludes. Gak kebeli apa-apa. Sakit-sakitan. Ada aja mondar mandir ke rumah sakit yang bikin pengeluaran bertambah. Dan saya pun sampai harus meminjam uang ke ayah untuk survive sampai gajian berikutnya. Kenapa gak dikasih aja sama Papi Foundation? Ya karena ayah saya mau saya mandiri dan belajar mengatur uang. Selama berbulan-bulan berhutang ke ayah. Dan akhirnya Ibuku, malaikatku yang menyadarkanku bahwa aku sudah berhenti bersedekah dan itulah penyebabnya hidupku tidak tenang.
Sepele. Tapi dampaknya besar.
Sedekah adalah hal yang paling utama dalam hidup. Menjaga harta dan membuat hati tenang dan masih banyak lagi manfaat yang akan kita dapatkan dari bersedekah. Tidak harus besar nominalnya. Ikhlas. Konsisten. Itu yang penting.
Ada orang bergaji besar tapi selalu merasa kurang. Akhirnya berhutang. Riba.
Ada juga yang bergaji kecil tapi cukup. Bahkan berlebih. Tidak masuk akal memang. Tapi disinilah letak keberkahan yang didapat oleh seseorang dalam hidupnya. Selalu bersyukur juga wajib hukumnya agar tidak selalu merasa kurang.
Banyak orang mengira saya bergaji besar. Padahal sebaliknya. Dibandingkan dengan sahabat saya yang gajinya sudah dua digit, gaya hidup kita pun tidak jauh berbeda. Tapi gajinya selalu ludes. Mengeluh ingin gaji yang lebih besar. Tapi tidak mencari berkahnya.
Jadi, pilih mana
Gaji besar tapi kurang, atau gaji kecil tapi cukup?
Pasti netijen gak milih dua dari yang di atas kan?
Karena kita semua pasti maunya gaji besar dan cukup. Bahkan kalo perlu berlebih. lol
Semoga bermanfaat!
Awesome! Yuk, ah nulis lagi.
BalasHapusBy the way, I just opened my blog again (secara sadar.haha) after loong time. Turned out that you wrote two articles already. I was left behind. Phew.
wkwkwk yeah I was on fire to write mba. It's hard to find the mood to write. Ayo nulis. Muah!
Hapus