Sabtu Cantik

Minggu Santai

Kamis, 06 Desember 2018

Tentang Perempuan

Photo source by Google


Ibu sering mengingatkanku nasehat dari Mbah Putri tentang menjadi seorang perempuan.

Dulu, Mbah Putri pernah berkata, 

"Perempuan itu diibaratkan seperti telur. Kalau retak, akan cepat membusuk dan dijualnya murah. Masih untung kalau ada yang mau beli. Banyak penjual membuangnya karena dinilai tidak berharga. Maka jagalah kehormatanmu sebagai perempuan agar tidak retak dan dihargai terutama oleh laki-laki." 

Ibarat lainnya,

"Perempuan itu seperti bunga. Ada masanya. Ketika mekar, semua orang ingin memetiknya. Tetapi ketika kuncup, bunga itu sudah tidak menarik lagi. Maka gunakanlah masa ketika mekar merekah sebaik-baiknya."


Islam pun sangat menghargai dan melindungi Perempuan. Allah melindungi Perempuan dengan cara-Nya, yaitu dengan memerintahkan wanita untuk menutup auratnya. 

Sayangnya, tidak semua wanita di dunia ini ingin dilindungi dan dihargai dengan cara terbaik yang diberikan oleh-Nya. Beberapa diantara mereka malah mengecam bahwa menggunakan hijab adalah salah satu bentuk pengekangan terhadap wanita dalam berpakaian. 


Mereka tidak tahu, bahwa yang paling dihargai dan paling mahal harganya adalah yang tidak terlihat. 

Mutiara, tertutup rapat di dalam cangkang kerang di bawah lautan. Apakah mutiara murah? 

Berlian, tersembunyi di perut bumi yang jika ingin mengambilnya harus mengerahkan banyak orang dan alat. Apakah berlian murah?  

Jadilah wanita yang seperti mutiara atau berlian, yang jika ingin mendapatkannya harus dengan perjuangan. 

Jagalah kehormatan itu agar tidak retak dengan menutup aurat yang disyariatkan-Nya.

Karena wanita itu mulia. 

Senin, 08 Oktober 2018

So, Smile!

Friday, Sep 28th 2018, I finally got my master degree! nothing can describe what I feel at the moment. Before entering the room, I almost cried because of the nerves that I got. Fortunately, when I get nervous, I always smile to cover up my nervousness. Along the presentation, it went well because I could handle my nervous with smile. All the panelists also caught that positive energy that I gave. So they looked at me as a calming person. Although it was the opposite. I was extremely nervous so my body spontaniously smiled to get rid of my nerves.

Smile. it is a simple thing to do. It doesn't cost much. Smile can make us happy and other people happy. Smile is contagious. And smile is sunnah. Well, I'm not saying I have a beautiful smile. But a smile can make you more beautiful. And smiling to your brothers and sisters, their existence will be more appreciated when you smile at them. You make them feel that they are likeable, like they are important.

Smile, eventhough you are in difficult situations, in the hardest time of your life. Because smile gives you energy to get through your bad days. Smile, because it gives you strength to survive.

From my thesis defense couple weeks ago, in the end, the panelists didn't give me many questions. Just suggestions for my thesis to make it better. Well, maybe it's because my thesis is already clear enough from the background until the conclusion. But it could be because I smiled a lot. So, smile! :)


From left to right : Dr. Don Bosco, Pak Deddy (my thesis advisor), Me, and Prof. Alo Liliweri (smile Prof :D)

My beautiful supporter, Nadira. Thank you darl :*

Kamis, 31 Mei 2018

Mencintaimu Karena-Nya

Hampir 3 bulan sudah. Menikah adalah salah satu impian semua orang. Dan Alhamdulillah aku sudah menemukan jodohku. Jodoh memang tidak ada yang tahu. Hanya Allah yang Maha Tahu segalanya. Semua itu sudah tertulis di Lauhul Mahfudz jauh sebelum kita lahir dan bumi diciptakan. 

Memang benar, tulang rusuk tidak akan pernah tertukar. Yang menjauh akan didekatkan dengan caraNya. Karena cara dan rencanaNya lah yang paling indah untuk menyatukan dua insan yang sudah ditakdirkan bersama. 

Aku baru menyadari bahwa "I Love You" sebelum halal, itu palsu. Tanda cinta yang sesungguhnya adalah mahar dan pernikahan. Dan "I Love You" setelah akad menjadi lebih bermakna dan kuat ikatannya. Antara dua insan yang saling mencinta karena Tuhan nya. 

Karena tidak ada cinta yang abadi selain cinta Allah kepada hambaNya. Dan aku mencintaimu karena Allah, mas.


We Are (just) Human

Human born to make mistakes. Whether on purpose or accidentally.

Human love and hate other humans.

It is normal when we have people who dislike us.

But it is not normal when we have all people love us.

The kindest and greatest human being on earth, Prophet Muhammad (may be peace upon him) had a lot of enemies.

So what about us who is just an ordinary human who sometimes has a dark side and easily to get angry. Impossible to have no enemy in our lives.

Human, want to conquer the world.

But we as human, never realized that we have limitation.

There is no perfect human. But some humans look for perfection.

We tend to ignore that something beautiful comes from imperfection.

Because imperfection what makes us looks perfect for others.

Kamis, 15 Februari 2018

Untitled

I am not sure what I feel right now. 

It is very disturbing.

I can not concentrate.

Feeling jealous? Sometimes.

Feeling upset? Sometimes.

But what I feel so much lately is...

Well, maybe not what I feel but what I think.

Yeah, I overthink too much about how he feels towards me.

It is tiring when you are wondering how people feel towards you. 

He loves me? he loves me not?

I never have a romantic relationship before.

I had no clue. No experience. No idea.

In this kind of situation. What to act, what to say. 

But one thing that I am sure about what I feel that I really .....

Never mind. 


Minggu, 11 Februari 2018

The Power of Sedekah

This morning I woke up and realized that I haven't been writing anymore since last year. Not because I lack of ideas what to write, tapi lebih karena disibukkan dengan persiapan pernikahan (EHEM! iya mbak, mas, saya mau nikah mohon doanya) dan tugas kuliah semester dua yang kreeejiiii. Semester dua yang membuatku selalu menangis, menggalau, menguras tenaga dan uang. Tapi Alhamdulillah ditengah krisis ekonomi yang kuhadapi ada Papi Foundation yang selalu mengisi rekening ku. Terima kasih Papi Foundation, Papi memang selaluuu yang terbaik! Kiss papiiii :*


Anyway, the topic is not about my wedding preparation nor my college assignment (ya iya judulnya aja udah beda dari introduction lol). But it's about Sadaqah. 


I remembered my conversation with one of my friends couple years ago. We were  in the car, she drove me home. And suddenly she asked me this, "Ms. Alvi kok bisa sih gaji segitu bisa beli ini itu, make up dan skin care nya mahal, bayarin adek kuliah dan bills ini itu. Emang cukup gajinya?"


Well, sebenernya nominal gaji itu hal yang sangat sensitif untuk dibahas. I don't even know exactly my bestfriend's paycheck meskipun kita udah deket banget kayak kakak adek. But this friend who asked me this amazing question, was my fellow teacher. Ya kita sama-sama tahu lah berapa kisaran gaji guru di lembaga kursus tersebut haha. Miris.


Dan beberapa waktu lalu, pertanyaan ini pun terulang kembali sodara sodari sebangsa setanah airku Indonesia Raya. Kembali ke masa semester dua yang amit-amit like krejiii. Saya keceplosan dengan mengatakan bahwa, pada hakekatnya seluruh biaya pengeluaran untuk project satu mata kuliah "ehem" adalah sama dengan gaji saya sebulan! (Tapi daku ngomongnya gak seformal dan seretorik ini aslinya wk).


Langsung kedua teman saya pun tersentak kaget "SERIUS VI?" dan lagi-lagi "Emang CUKUP gajinya buat jajan, shopping, dll?"

EMANG CUKUP adalah dua kata yang diulang di dua pertanyaan tadi. Memang, semenjak saya kuliah s2, saya dibantu secara finansial oleh Papi Foundation. Kelas yang saya ajar berkurang karena Ayahku sayang menginginkanku untuk fokus menyelesaikan kuliah tepat waktu dikarenakan biaya kuliah yang mahal lol. 

Kelas berkurang, pendapatan pun berkurang karena I am just an awesome part time teacher who teaches future generation with all of my heart and mind. Tsaaaah! catet!

Tapi, sebelum lanjut kuliah s2, saya sama sekali tidak pernah mendapat kiriman uang sukarela dari Papi Foundation. No. I pay bills and buy everything all by myself. Tapi kok cukup? beli ini itu, bayar ini itu, hang out kesana kesini, tapi kok cukup gajinya? Yes, because I do sadaqah. 


Saya juga sebenernya bingung. Kok bisa ya. Gaji segitu, pengeluaran segitu, tapi cukup aja tuh. Karena sesungguhnya sedekah itu menjaga harta. Biar gak bangkrut mas, mba. Sedekah juga gak harus besar. Biarpun sedikit asalkan rutin dan konsisten. Karena Allah menyukai kebaikan yang kecil tapi dilakukan terus menerus. Melebihkan ongkos ke tukang ojek pun sedekah. 

No, I am not a saint! Aku hanyalah manusia yang punya dosa dan belajar dari pegalaman. Karena pada suatu hari saya sibuk dengan urusan skripsi dan pada waktu itu saya sudah mengajar di lembaga kursus yang sekarang saya masih disitu hehe. It's been 5 years I work there. Awalnya saya suka sedekah dan suka nitip ke ayah uang sekian untuk disedekahkan ke Masjid dekat rumah. Dan entah  setan masuk dari mana, tiba-tiba saya berhenti bersedekah. 

Gaji ludes. Gak kebeli apa-apa. Sakit-sakitan. Ada aja mondar mandir ke rumah sakit  yang bikin pengeluaran bertambah. Dan saya pun sampai harus meminjam uang ke ayah untuk survive sampai gajian berikutnya. Kenapa gak dikasih aja sama Papi Foundation? Ya karena ayah saya mau saya mandiri dan belajar mengatur uang. Selama berbulan-bulan berhutang ke ayah. Dan akhirnya Ibuku, malaikatku yang menyadarkanku bahwa aku sudah berhenti bersedekah dan itulah penyebabnya hidupku tidak tenang.


Sepele. Tapi dampaknya besar. 


Sedekah adalah hal yang paling utama dalam hidup. Menjaga harta dan membuat hati tenang dan masih banyak lagi manfaat yang akan kita dapatkan dari bersedekah. Tidak harus besar nominalnya. Ikhlas. Konsisten. Itu yang penting. 


Ada orang bergaji besar tapi selalu merasa kurang. Akhirnya berhutang. Riba. 

Ada juga yang bergaji kecil tapi cukup. Bahkan berlebih. Tidak masuk akal memang. Tapi disinilah letak keberkahan yang didapat oleh seseorang dalam hidupnya. Selalu bersyukur juga wajib hukumnya agar tidak selalu merasa kurang.

Banyak orang mengira saya bergaji besar. Padahal sebaliknya. Dibandingkan dengan sahabat saya yang gajinya sudah dua digit, gaya hidup kita pun tidak jauh berbeda. Tapi gajinya selalu ludes. Mengeluh ingin gaji yang lebih besar. Tapi tidak mencari berkahnya.  


Jadi, pilih mana 

Gaji besar tapi kurang, atau gaji kecil tapi cukup?


Pasti netijen gak milih dua dari yang di atas kan?

Karena kita semua pasti maunya gaji besar dan cukup. Bahkan kalo perlu berlebih. lol



Semoga bermanfaat!