Girls, have you ever wondered your dream wedding? Pastilah yaa... Semua wanita di dunia ini pasti punya dream wedding versi mereka masing-masing bahkan sejak mereka masih kecil. Bagi anak perempuan wedding reception itu bagaikan mimpi yang jadi kenyataan. Ada yang ingin pesta pernikahanya bak Cinderella, ada yang menjunjung tinggi adat istiadat daerahnya, dan ada pula yang ingin pesta pernikahannya sederhana dan dihadiri oleh orang-orang terdekat saja.
Dulu saya pernah ditanya, dream wedding kamu kayak gimana sih? kalo aku sih pengennya sederhana di restoran atau aula kecil yang cukup menampung 200-300 orang, setelah akad makan-makan terus pulang. Gak kepengen pake resepsi. Tapi yang namanya dream wedding, gak semuanya bisa terwujud sesuai dengan apa yang kita impikan.
Angan-angan meleset dari kenyataannya. Begitu juga dengan dream wedding yang dulu suka aku gembar gemborkan ke teman-teman. Ingin yang sederhana dan apa adanya. Nyatanya, more than I could ever imagine. It was more beautiful than I could ever ask for. Gak pernah kebayang kalo bakalan menggelar akad dan resepsi di masjid yang begitu iconic dan indah, Masjid Agung Al-Azhar. Mr. husband lah yang mewujudkan semua itu. Dan ternyata ada alasannya kenapa mas drajat kepengen banget menikah di masjid Al Azhar.
Dokumentasi pribadi
Memang jodoh itu gak bisa diganggu gugat. Semua takdir kita termasuk jodoh sudah tertulis di lauhul mahfudz sebelum bumi ini diciptakan. Makanya bagi yang jomblo, please gak usah galau. Terus perbaiki diri dan berdoa, maka Allah akan mempertemukan kita dengan seseorang yang Allah rasa pantas buat kita, yang sekufu.
Ternyata di Masjid inilah, ayahkku menghabiskan masa mudanya. Dulu, setiap pulang kantor ayah selalu menyempatkan diri mampir ke Masjid Al Azhar untuk sekedar sholat dan mendengarkan ceramah Alm. Buya Hamka. Di masjid ini pula ayah selalu menyisihkan gajinya untuk disedekahkan dan rutin mengeluarkan zakatnya di masjid Al Azhar.
Dan ternyata mr.husband juga menghabiskan hari-harinya setelah pulang kantor di masjid ini juga. Mendapatkan hidayah dan meneteskan air matanya di Masjid ini yang disaksikan malaikat penghuni masjid. Mashaa Allah. Masjid Agung Al Azhar ini begitu melekat di hatinya sampai-sampai terpatri ingin menikah di masjid ini disaksikan oleh malaikat yang dulu melihatnya hijrah dan meneteskan air matanya. Ingin pula malaikat-malaikat itu melihat mas drajat mengucapkan janji suci yang dilihat oleh penduduk langit di Masjid bersejarah ini. Begitu katanya kepadaku tentang alasannya memilih Al Azhar sebagai tempat pernikahan kami.
Aku terharuu maaaas hiks.....
Dokumentasi pribadi
Jadi teringat cerita ibu. Dulu sebelum ibu menikah dengan ayah, ibu pernah diajak ayah ke masjid Al-Azhar. Seperti biasa, ayah mengeluarkan zakatnya di masjid ini tiap tahunnya. Karena menjelang pernikahannya, ayah mengajak ibu ke Al Azhar biar ibu tahu kalau ayah menghabiskan hari-harinya seulang kantor di masjid ini. Kejadian ibu ini persiiiis yang aku alami menjelang pernikahan, mas drajat mengajak aku ke Al Azhar untuk sholat isya disana setelah selesai beli seserahan. Lanjut flashback ke cerita ibu ya... Waktu ibu kesana nemenin ayah, penjaga masjid yang menerima zakat ayah ini mendoakan supaya pernikahannya lancar dan berkah sampai anak cucu. Ketika ibu berjalan pulang, ibu menoleh ke belakang dan si penjaga masjid itu masih berdiri di depan pintu tadi sambil tersenyum.
Gak tau apa yang ada di hati dan doa bapak penjaga masjid itu, mudah-mudahan berkah sampai anak cucu ayah ibu aamiin.
Ayah dan ibu memang gak melasungkan pernikahan di Al Azhar, dulu ayah dan ibu menggelar resepsi di PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian). Dulu malah ayah dan ibu ingin aku menikah disini. Tapi semenjak mas drajat menyebut masjid Al Azhar, ayah langsung diam dan menyetujuinya. Mungkin ayah jadi teringat masa mudanya dulu di masjid ini. Kalau sudah di Al Azhar, ayah suka tiba-tiba ngilang dan jalan-jalan di sekitar masjid sambil melamun. Pernah kupergoki ayah lagi berdiri di depan pintu masjid sambil menatap ke depan sendirian, melamun. Ini nulisnya aja sampai mau nangis akuuh huhuhu terharuuuu...
Ternyata mas drajat yang membawa ayah kembali ke masa lalunya di masjid ini. Bukan masa lalu yang menyedihkan nan sia-sia tentunya. Tapi masa muda yang bermanfaat dan mengharukan. Ayah dan mas drajat sama-sama menuntut ilmu di masjid Al Azhar dan membawa calon istrinya ke masjid ini. Meskipun ayah dan ibuku tidak menikah di masjid ini, setidaknya nama ayah-ibu dan namaku - mas drajat tercatat di KUA (Kantor Urusan Agama) yang sama, KUA Kebayoran Baru :)